Langsung ke konten utama

Kitalah Yang Mengubah Indonesia

         Seorang teman menulis di dinding Facebooknya: "Apa yang bisa diharapkan dari Indonesia?" Sebuah pertanyaan pesimis, dan bernada protes. Saya terusik, karena teman yang menulis adalah seorang pegawai negeri, aparatur pemerintah yang diberikan hak dan kewajiban untuk menjalankan fungsi negara. Saya tidak akan terusik, jika yang menulis demikian adalah orang biasa yang berada di luar sistem pemerintahan.
         Indonesia adalah sebuah negara, di mana definisi negara adalah suatu wilayah yang didiami oleh sekumpulan orang dan memiliki pemerintahan berdaulat. Jadi sebenarnya Indonesia adalah kita, orang-orang yang mendiami wilayah dari Sabang sampai Merauke, dari Talaud sampai Rote. 
Tak peduli apakah ia presiden atau rakyat biasa. 
         Jika kembali ke pertanyaan apa yang bisa diharapkan dari Indonesia? Sebenarnya pertanyaan itu berbalik arah kepada kita, apa yang bisa diharapkan dari kita. Karena sebenarnya Indonesia adalah kita, kitalah yang bertanggungjawab terhadap maju mundurnya Indonesia. Kitalah yang bertanggung jawab terhadap baik buruknya Indonesia.
         Harus diakui, Indonesia saat ini sedang terpuruk. Indonesia sebagai salah satu negara dengan luas wilayah dan jumlah penduduk usia produktif terbesar, hanya berada di level negara berkembang. Seharusnya dengan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia sudah masuk ke level negara maju. Lalu, siapakah yang harus disalahkan atas keterpurukan ini? 
         Benar bahwa sebagian besar pejabat dan aparat negara itu korup. Tetapi harus diingat bahwa masih ada pejabat dan aparat negara yang mempunyai idealisme. Yang bekerja semata hanya untuk kemajuan negara. Yang bekerja bukan untuk mencari kekayaan dan kekuasaan semata. Ingat, pejabat dan aparat negara seperti itu masih ada! Walaupun jumlah mereka memang sedikit. Tapi jika mendapat dukungan dari kita semua, jumlah mereka yang sedikit akan menjadi kekuatan besar untuk membangun Indonesia.
         Jadi, berhentilah menebarkan pesimisme. Lebih baik bekerja, minimal untuk memajukan diri sendiri, apapun profesi kita. Jika kita petani, jadilah petani yang baik dan maju. Jika kita pengusaha, jadilah pengusaha yang baik dan maju. Apalagi jika anda adalah seorang pegawai negeri, bekerjalah sebaik mungkin dan jangan korupsi. Jika kita maju, insyaAllah Indonesia juga maju. Karena Indonesia adalah kita, dan kita adalah Indonesia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

09 Juni 2015

Suatu perbuatan baik yang dimulai dengan niat baik akan menghasilkan kebaikan. Tapi suatu perbuatan baik yang tidak diiringi dengan niat baik akan menghasilkan dua hal, yakni kebaikan yang disertai keburukan.

Gardu Dahlan

Seperti kata Sudirman Said, menteri ESDM, harus dibedakan mana kejahatan dan mana kekeliruan. Korupsi, memperkaya diri sendiri itu kejahatan. Dalam kasus gardu PLN yang membuat Dahlan Iskan menjadi tersangka, adakah unsur memperkaya diri sendiri atau memperkaya orang lain dengan cara melanggar hukum? Kalau tidak ada, berarti itu bukan kejahatan. Sungguh disayangkan, para penegak hukum tidak bisa berdiri tegak di atas hukum. Mereka condong, kepada para penjahat yang menginginkan orang-orang yang berjuang untuk kebaikan rakyat disingkirkan. Entahlah...  Salut buat Dahlan Iskan, yang tidak berkoar-koar membela diri dan membentuk opini publik di media massa. Jika mau, tentu hal ini sangat mudah untuk dilakukan, apalagi dia adalah pemilik Jawa Post group, salah satu jaringan media terbesar di Indonesia. Dia lebih memilih diam, bahkan kepada wartawan  media massa miliknya sendiri. Dia hanya menggunakan media website pribadi yakni gardudahlan.com sebagai corong untuk menyampaikan penjelasa

Umat Capres

Saya cuma khawatir umat Islam di Indonesia sekarang bukan lagi umat nabi Muhamad SAW, tapi sudah menjadi umat Prabowo dan umat Jokowi. Lihatlah sekarang, mereka saling hina, saling caci, saling maki, hanya karena berbeda pilihan calon presiden. Padahal mereka sama-sama muslim. Ulama yang berada di fihak Jokowi dihina dan direndahkan oleh pendukung Prabowo, demikian juga sebaliknya. Sayangnya hal ini dilakukan oleh mereka yang taat beragama. Bagaimana mau membangun ukhuwah islamiyah jika hanya gara-gara beda dukungan capres saja sudah mau gontok-gontokan? Yang mau jihad, jihad untuk apa? Jihad untuk membunuh saudara sendiri hanya untuk kepentingan politik, apakah berpahala. Saya malah khawatir yang mati karena jihad politik bukan mati syahid, tapi mati modar. Bukan surga yang didapat, malah neraka jahanam. "Lupakan saja ukhuwah islamiyah. Lupakan juga Islam agama damai. Bahkan lupakan Islam adalah agama kebenaran. Yang penting adalah bagaimana agar capres kita menang"