Langsung ke konten utama

"Amar Ma'ruf Nahi Munkar" atau "Amar Munkar Nahi Ma'ruf"?

"Amar ma'ruf nahi munkar" artinya menyuruh mengerjakan yang baik dan mencegah perbuatan jahat. Didalam ajaran agama Islam, perbuatan ini sangat dianjurkan. Tujuannya agar tercapai kemaslahatan umat dunia dan akhirat.
Namun semenjak kampanye Pemilu pemilihan presiden di tahun 2014, frasa ini banyak digunakan sebagai alasan melakukan propaganda licik atau kampanye negatif untuk menyebarkan keburukan lawan politik. Tujuan utama dari "amar ma'ruf nahi munkar" menjadi kabur, sepertinya bukan keselamatan umat yang diutamakan, tapi keselamatan kekuasaan.
Mereka yang ingin ber"amar ma'ruf nahi munkar" seharusnya menakar ulang kemurnian niat baik mereka. Jangan sampai niat baik ini disusupi oleh nafsu untuk meraih kekuasaan atau melampiaskan kebencian. Kalau ini yang terjadi, bukan amalan "amar ma'ruf nahi munkar" yang dilakukan, tapi "amar munkar nahi ma'ruf". 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

09 Juni 2015

Suatu perbuatan baik yang dimulai dengan niat baik akan menghasilkan kebaikan. Tapi suatu perbuatan baik yang tidak diiringi dengan niat baik akan menghasilkan dua hal, yakni kebaikan yang disertai keburukan.

Gardu Dahlan

Seperti kata Sudirman Said, menteri ESDM, harus dibedakan mana kejahatan dan mana kekeliruan. Korupsi, memperkaya diri sendiri itu kejahatan. Dalam kasus gardu PLN yang membuat Dahlan Iskan menjadi tersangka, adakah unsur memperkaya diri sendiri atau memperkaya orang lain dengan cara melanggar hukum? Kalau tidak ada, berarti itu bukan kejahatan. Sungguh disayangkan, para penegak hukum tidak bisa berdiri tegak di atas hukum. Mereka condong, kepada para penjahat yang menginginkan orang-orang yang berjuang untuk kebaikan rakyat disingkirkan. Entahlah...  Salut buat Dahlan Iskan, yang tidak berkoar-koar membela diri dan membentuk opini publik di media massa. Jika mau, tentu hal ini sangat mudah untuk dilakukan, apalagi dia adalah pemilik Jawa Post group, salah satu jaringan media terbesar di Indonesia. Dia lebih memilih diam, bahkan kepada wartawan  media massa miliknya sendiri. Dia hanya menggunakan media website pribadi yakni gardudahlan.com sebagai corong untuk menyampaikan penjelasa

Umat Capres

Saya cuma khawatir umat Islam di Indonesia sekarang bukan lagi umat nabi Muhamad SAW, tapi sudah menjadi umat Prabowo dan umat Jokowi. Lihatlah sekarang, mereka saling hina, saling caci, saling maki, hanya karena berbeda pilihan calon presiden. Padahal mereka sama-sama muslim. Ulama yang berada di fihak Jokowi dihina dan direndahkan oleh pendukung Prabowo, demikian juga sebaliknya. Sayangnya hal ini dilakukan oleh mereka yang taat beragama. Bagaimana mau membangun ukhuwah islamiyah jika hanya gara-gara beda dukungan capres saja sudah mau gontok-gontokan? Yang mau jihad, jihad untuk apa? Jihad untuk membunuh saudara sendiri hanya untuk kepentingan politik, apakah berpahala. Saya malah khawatir yang mati karena jihad politik bukan mati syahid, tapi mati modar. Bukan surga yang didapat, malah neraka jahanam. "Lupakan saja ukhuwah islamiyah. Lupakan juga Islam agama damai. Bahkan lupakan Islam adalah agama kebenaran. Yang penting adalah bagaimana agar capres kita menang"