Langsung ke konten utama

Ketika Doa Kehilangan Makna


Dalam sebuah sinetron yang ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi swasta, ada adegan dimana seorang ustadz selalu menyampaikan kata Assalamualaikum dengan sangat kasar. Ini tentu memberikan sebuah contoh yang tidak baik, dimana seharusnya salam disampaikan dengan halus, karena kata assalamualaikum adalah sebuah doa yang berarti “semoga keselamatan bagimu”. Apalagi dalam adegan tersebut sang ustadz baru saja menyampaikan nasehat kepada orang yang dianggap keliru melaksanakan ajaran islam. 
Tentu sangat salah jika sebuah doa disampaikan dengan sangat kasar.  Mungkin si ustadz ingin memberikan contoh kepada penonton, bahwa setiap bertemu dan berpisah dengan seorang muslim wajib mengucapkan salam, walau dalam hati masih merasa kesal. Tetapi daripada disampaikan dengan kasar, tentu lebih baik tidak memberikan salam.
Tidak diketahui secara pasti, apakah ini keinginan sang pemeran (yang dalam kehidupan nyata adalah seorang ustadz) atau memang arahan sutradara. Kalau memang keinginan sang ustadz, apakah sang ustadz tidak mengetahui makna Assalamualaikum? Atau jika keinginan sang sutradara, bukankah seharusnya pak ustadz bisa menolak?
"Penyalahgunaan" kalimat assalamualaikum juga banyak terjadi di panggung hiburan, bahkan oleh artis profesional. Ketika memasuki panggung, dengan seenaknya sang artis meneriakkan kalimat assalamualaikum.
Di panggung hiburan amatiran lebih parah lagi, seorang penyanyi dangdut wanita dengan pakaian yang sangat seksi, menyapa penonton dengan teriakan assalamualaikum dengan suara melengking, setelah itu langsung bergoyang-goyang dengan sangat erotis. Apakah patut sebuah kalimat indah yang bertujuan untuk mendoakan keselamatan disampaikan dengan sebuah teriakan?
Di kalangan anak muda, kalimat assalamualaikum sekarang dalam bahasa lisan sudah berubah menjadi "mekom". Dalam bahasa tulisan mereka bahkan ada yang menuliskan "mecom".
Inilah fenomena jaman sekarang, ketika sesuatu yang seharusnya sakral telah berubah menjadi sesuatu yang biasa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umat Capres

Saya cuma khawatir umat Islam di Indonesia sekarang bukan lagi umat nabi Muhamad SAW, tapi sudah menjadi umat Prabowo dan umat Jokowi. Lihatlah sekarang, mereka saling hina, saling caci, saling maki, hanya karena berbeda pilihan calon presiden. Padahal mereka sama-sama muslim. Ulama yang berada di fihak Jokowi dihina dan direndahkan oleh pendukung Prabowo, demikian juga sebaliknya. Sayangnya hal ini dilakukan oleh mereka yang taat beragama. Bagaimana mau membangun ukhuwah islamiyah jika hanya gara-gara beda dukungan capres saja sudah mau gontok-gontokan? Yang mau jihad, jihad untuk apa? Jihad untuk membunuh saudara sendiri hanya untuk kepentingan politik, apakah berpahala. Saya malah khawatir yang mati karena jihad politik bukan mati syahid, tapi mati modar. Bukan surga yang didapat, malah neraka jahanam. "Lupakan saja ukhuwah islamiyah. Lupakan juga Islam agama damai. Bahkan lupakan Islam adalah agama kebenaran. Yang penting adalah bagaimana agar capres kita menang" ...

"Pada Suatu Ketika", Film Animasi Transformer Dengan Rasa Indonesia

Sungguh luar biasa. Itulah rasanya kata-kata yang tepat untuk mengapresiasi film animasi karya Lakonanimasi ini. Film buatan anak   Indonesia   ini sangat bagus, dari sisi cerita ataupun gambarnya. Gerakannya sangat halus, tidak kaku sebagaimana film animasi buatan   Indonesia   yang lain. Film ini pun sangat bagus menggambarkan suasana   Indonesia .   Ada   bajaj, sepeda, sepeda motor besar Honda jaman dulu.   Ada   juga pak tua yang sedang makan mi rebus dengan mangkok bergambar ayam warna merah, seperti mangkok yang kebanyakan digunakan oleh penjual mie. Yang lebih salut lagi adalah lagu latarnya, sebuah lagu kasidah berjudul “Perdamaian”. Sayangnya film ini masih berdurasi pendek, versi film panjangnya mungkin keluar tahun 2012. Mudah-mudahan cepat keluar filmnya. Salut buat lakonanimasi. Dua buah jempol patut kita acungkan.

10 Juni 15

Bung, tahukah anda bahwa optimisme itu membuat hidup menjadi lebih hidup, dan membuat semangat menjadi lebih semangat. Optimisme itu membangkitkan gairah kerja. Sekedar saran, berhentilah menebarkan pesimisme. Terimalah kekalahan dengan lapang dada. Kembalilah bekerja. Sebab kemajuan hanya bisa dicapai dengan usaha nyata. Kecuali jika anda memang menginginkan orang lain celaka dan bangsa ini binasa. MERDEKA!!!