Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah selalu Allah limpahkan kepada tuan.
Tuan Farhat yang terhormat.
Surat ini sebenarnya ingin langsung saya kirimkan kepada tuan, tapi saya tidak tahu alamat rumah tuan. Saya sudah tanya kemana-mana, termasuk kepada para tetangga, tapi tidak ada seorangpun yang tahu. Akhirnya dengan sangat terpaksa surat itu saya kirimkan di sini. Saya sangat yakin tuan akan membacanya, karena saya percaya tuan sebagai orang pintar, berpendidikan tinggi dan terpandang, adalah orang yang sangat senang membaca.
Tuan Farhat yang terhormat.
Akhir-akhir ini saya dihinggapi perasaan gelisah. Semenjak ada kabar bahwa tuan dilaporkan kepada polisi dengan tuduhan telah melakukan perbuatan rasial. Semula saya tidak percaya, tapi setelah saya telusuri berbagai perkataan tuan disana, saya jadi berfikir bahwa apa yang disangkakan kepada tuan mungkin benar adanya. Di dalam tulisan tuan banyak sekali tuan menyebut kata Cina. Memang kata Cina bukanlah pernyataan rasial jika ia berdiri sendiri, atau dalam konteks kalimat biasa. Tetapi jika ada unsur kebencian, merendahkan, atau membedakan, tentu ia akan menjelma menjadi pernyataan rasial. Apalagi setelah tulisan itu tuan banyak menyebut kata pribumi. Saya jadi bertanya-tanya, siapa yang tuan maksud dengan pribumi? Saya cuma khawatir, ketika membaca tulisan tuan, nanti banyak orang yang terhasut, dan setiap orang merasa dialah yang paling pribumi. Dan ketika itu terjadi, habislah kita semua terjebak dalam sebuah perang saudara. Kami sebagai rakyat biasa tentu tidak bisa kemana-mana, berbeda dengan tuan yang bisa pergi kemana saja tuan suka, karena tuan punya banyak biaya.
Tuan Farhat yang terhormat.
Sebagai seseorang yang menasbihkan diri sebagai calon presiden muda, tuan seharusnya menjaga bahasa tuan, bukan hanya bahasa lisan, tapi juga bahasa tulisan. Karena biarpun hanya calon presiden, tuan sudah seharusnya memberi teladan. Saya lihat pada tulisan tuan banyak sekali kata-kata yang menurut saya sangat tidak pantas untuk diucapkan atau dituliskan, bahkan oleh orang rendahan, apalagi oleh orang terhormat sehebat tuan. Tuan pasti tahu bahwa tulisan tuan akan dibaca oleh ribuan bahkan mungkin jutaan orang. Saya yakin banyak orang yang akan tersinggung dan sakit hati akibat tulisan tuan.
Tuan Farhat yang terhormat.
Pada tulisan tuan juga banyak kalimat yang katanya tuan tujukan sebagai kritikan kepada gubernur baru ibukota negara kita. Tapi menurut penilaian saya kritikan itu salah alamat. Tuan selalu menyalahkan gubernur baru atas masalah yang sudah ada sejak lama. Tuan pasti sudah tahu, bahwa gubernur itu baru menjabat seumur jagung. Tentu saja permasalahan yang sudah terjadi selama bertahun-tahun tidak akan bisa diatasi dalam waktu sesingkat itu. Kata orang, kalau mengkritik itu harus rasional dan proporsional. Entah apalah itu artinya rasional dan proporsional, tapi menurut saya sebelum mengkritik tuan harus melihat kenyataan. Kritik memang diperlukan, untuk memperbaiki kesalahan dan membuat sesuatu kearah kebaikan. Tapi tentu saja kritikan itu tidak boleh hanya berdasarkan sangkaan apalagi disertai dengan perasaan kebencian.
Tuan Farhat yang terhormat.
Negeri kita sudah kacau balau. Kebencian telah merasuk kemana-mana, bahkan di jiwa anak belia generasi penerus bangsa. Tidakkah tuan lihat kerusuhan dan tawuran terjadi dimana-mana? Saya harap janganlah tuan makin memperkeruh keadaan. Janganlah tuan membuat pernyataan yang menyemai permusuhan. Anak-anak bangsa janganlah tuan cerai-beraikan. Sudah seharusnya tuan membuat pernyataan yang menyejukkan dan mendamaikan. Bukankah tuan berjanji untuk memperbaiki negeri ini?
Tuan Farhat yang terhormat.
Sebenarnya saya ingin menampilkan mana-mana tulisan tuan yang saya maksudkan pada kalimat-kalimat di atas tadi. Tapi tidaklah elok rasanya menampilkan tulisan tuan yang tidak elok di sini. Biarlah tulisan tuan yang tidak elok itu saya simpan saja di dalam laci. Mungkin ada juga gunanya suatu saat nanti. Jika ada orang yang sakit hati dengan surat saya ini, mungkin tulisan tuan bisa saya jadikan sebagai bukti.
Tuan Farhat yang terhormat.
Maafkanlah jika saya sepertinya telah mengajari tuan tentang masalah-masalah sepele seperti ini. Saya tahu bahwa tuan sebagai orang yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas tentu lebih memahami hal ini daripada saya.
Saya juga mohon maaf jika sekiranya di dalam surat ini ada kata-kata yang menyinggung perasaan tuan. Sungguh, tidak ada secuilpun niat untuk menyakiti hati tuan. Jika ada khilaf dan kesalahan, saya mengharapkan kemurahan hati tuan untuk memaafkan.
Kiranya sekian saja surat dari saya. Atas perhatian tuan, ribuan terima kasih saya ucapkan.
Salam Hormat
RAKYAT INDONESIA
Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah selalu Allah limpahkan kepada tuan.
Tuan Farhat yang terhormat.
Surat ini sebenarnya ingin langsung saya kirimkan kepada tuan, tapi saya tidak tahu alamat rumah tuan. Saya sudah tanya kemana-mana, termasuk kepada para tetangga, tapi tidak ada seorangpun yang tahu. Akhirnya dengan sangat terpaksa surat itu saya kirimkan di sini. Saya sangat yakin tuan akan membacanya, karena saya percaya tuan sebagai orang pintar, berpendidikan tinggi dan terpandang, adalah orang yang sangat senang membaca.
Tuan Farhat yang terhormat.
Akhir-akhir ini saya dihinggapi perasaan gelisah. Semenjak ada kabar bahwa tuan dilaporkan kepada polisi dengan tuduhan telah melakukan perbuatan rasial. Semula saya tidak percaya, tapi setelah saya telusuri berbagai perkataan tuan disana, saya jadi berfikir bahwa apa yang disangkakan kepada tuan mungkin benar adanya. Di dalam tulisan tuan banyak sekali tuan menyebut kata Cina. Memang kata Cina bukanlah pernyataan rasial jika ia berdiri sendiri, atau dalam konteks kalimat biasa. Tetapi jika ada unsur kebencian, merendahkan, atau membedakan, tentu ia akan menjelma menjadi pernyataan rasial. Apalagi setelah tulisan itu tuan banyak menyebut kata pribumi. Saya jadi bertanya-tanya, siapa yang tuan maksud dengan pribumi? Saya cuma khawatir, ketika membaca tulisan tuan, nanti banyak orang yang terhasut, dan setiap orang merasa dialah yang paling pribumi. Dan ketika itu terjadi, habislah kita semua terjebak dalam sebuah perang saudara. Kami sebagai rakyat biasa tentu tidak bisa kemana-mana, berbeda dengan tuan yang bisa pergi kemana saja tuan suka, karena tuan punya banyak biaya.
Tuan Farhat yang terhormat.
Sebagai seseorang yang menasbihkan diri sebagai calon presiden muda, tuan seharusnya menjaga bahasa tuan, bukan hanya bahasa lisan, tapi juga bahasa tulisan. Karena biarpun hanya calon presiden, tuan sudah seharusnya memberi teladan. Saya lihat pada tulisan tuan banyak sekali kata-kata yang menurut saya sangat tidak pantas untuk diucapkan atau dituliskan, bahkan oleh orang rendahan, apalagi oleh orang terhormat sehebat tuan. Tuan pasti tahu bahwa tulisan tuan akan dibaca oleh ribuan bahkan mungkin jutaan orang. Saya yakin banyak orang yang akan tersinggung dan sakit hati akibat tulisan tuan.
Tuan Farhat yang terhormat.
Pada tulisan tuan juga banyak kalimat yang katanya tuan tujukan sebagai kritikan kepada gubernur baru ibukota negara kita. Tapi menurut penilaian saya kritikan itu salah alamat. Tuan selalu menyalahkan gubernur baru atas masalah yang sudah ada sejak lama. Tuan pasti sudah tahu, bahwa gubernur itu baru menjabat seumur jagung. Tentu saja permasalahan yang sudah terjadi selama bertahun-tahun tidak akan bisa diatasi dalam waktu sesingkat itu. Kata orang, kalau mengkritik itu harus rasional dan proporsional. Entah apalah itu artinya rasional dan proporsional, tapi menurut saya sebelum mengkritik tuan harus melihat kenyataan. Kritik memang diperlukan, untuk memperbaiki kesalahan dan membuat sesuatu kearah kebaikan. Tapi tentu saja kritikan itu tidak boleh hanya berdasarkan sangkaan apalagi disertai dengan perasaan kebencian.
Tuan Farhat yang terhormat.
Negeri kita sudah kacau balau. Kebencian telah merasuk kemana-mana, bahkan di jiwa anak belia generasi penerus bangsa. Tidakkah tuan lihat kerusuhan dan tawuran terjadi dimana-mana? Saya harap janganlah tuan makin memperkeruh keadaan. Janganlah tuan membuat pernyataan yang menyemai permusuhan. Anak-anak bangsa janganlah tuan cerai-beraikan. Sudah seharusnya tuan membuat pernyataan yang menyejukkan dan mendamaikan. Bukankah tuan berjanji untuk memperbaiki negeri ini?
Tuan Farhat yang terhormat.
Sebenarnya saya ingin menampilkan mana-mana tulisan tuan yang saya maksudkan pada kalimat-kalimat di atas tadi. Tapi tidaklah elok rasanya menampilkan tulisan tuan yang tidak elok di sini. Biarlah tulisan tuan yang tidak elok itu saya simpan saja di dalam laci. Mungkin ada juga gunanya suatu saat nanti. Jika ada orang yang sakit hati dengan surat saya ini, mungkin tulisan tuan bisa saya jadikan sebagai bukti.
Tuan Farhat yang terhormat.
Maafkanlah jika saya sepertinya telah mengajari tuan tentang masalah-masalah sepele seperti ini. Saya tahu bahwa tuan sebagai orang yang berpendidikan tinggi dan berpengetahuan luas tentu lebih memahami hal ini daripada saya.
Saya juga mohon maaf jika sekiranya di dalam surat ini ada kata-kata yang menyinggung perasaan tuan. Sungguh, tidak ada secuilpun niat untuk menyakiti hati tuan. Jika ada khilaf dan kesalahan, saya mengharapkan kemurahan hati tuan untuk memaafkan.
Kiranya sekian saja surat dari saya. Atas perhatian tuan, ribuan terima kasih saya ucapkan.
Salam Hormat
RAKYAT INDONESIA
Komentar
Posting Komentar