Mimbar, itulah namanya. Ia diberikan nama demikian karena lahir tepat tengah hari Jumat, ketika khatib mulai menyampaikan khutbah shalat Jumat. Ia buta, tapi bukan sejak lahir. Penyakit ganas merenggut penglihatannya ketika ia berumur enam tahun. Sekarang ia sudah dewasa, sudah punya istri dan satu anak, dua-duanya sempurna, tidak buta seperti dirinya. Dulu, ia pernah dijodohkan dengan perempuan yang juga buta, tapi dia menolak. Menurutnya, kalau ia buta dan istrinya juga buta, siapa yang akan memperhatikan anak-anaknya. Ia bersikukuh bahwa Allah akan memberikan jodoh yang terbaik baginya, jika ia rajin berdoa dan berusaha. Allah maha pengasih dan maha penyayang. Doanya terkabul. Ia mendapat istri seorang gadis yang sangat cantik, sempurna lahir dan batin. Tidak cacat, tidak kurang suatu apapun. Gadis itu mencintainya, benar-benar cinta buta, walaupun gadis itu memiliki penglihatan yang sempurna. Kita tidak pernah tahu apa yang membuat gadis itu jatuh cinta pada pemuda buta. Tapi b
Tuliskanlah, walaupun hanya satu kalimat